Analisis Cairan Mani dengan Reaksi fosfatase Asam
Analisis cairan mani dengan reaksi fosfatase Asam dilakukan dengan menggunakan sampel berupa bercak cairan mani pada pakaian pelaku atau korban. Analisis ini dilakukan dengan dua macam reagen yang mana kedua reagen tersebut akhirnya dicampur (reagen asam fosfatase).
Cara kerjanya adalah pada sampel bercak cairan mani tersebut diletakkan kertas saring yang telah dibasahi dengan air. Kertas saring tersebut ditekan pada sampel untuk menyatukan kertas saring tersebut dengan sampel. Selanjutnya setelah 5-10 menit ditetskan reagen FA (fosfatase asam), fosfatase asam adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat di dalam cairan mani dan didapatkan pada konsentrasi tertinggi di atas 400 kali dalam mani dibandingkan yang mengalir dibagian tubuh yang lain. Setelah penambahan reagen fosfatase asam tersebut, muncul warna ungu dengan waktu kurang dari 30 detik. Warna ungu tersebut adalah hasil dari penambahan beberapa penurunan sodium alpha naphthylphospate dan solusi Fast Blue B atau fluoresensi dari 4-methyl umbelliferyl phospate di bawah sinar ultraviolet (UV) mengindikasikan kehadiran (keberadaan) asam fosfatase.
Proses tersebut menghasilkan reaksi, di mana reaksi asam fosfatase cairan mani menunjukkan aktifitas enzim fosfatase yang tinggi, rata-rata 2500 unit. Pada analisis ini, sebagai reagen digunakan brentamin fast blue b yang dilarutkan di dalam larutan buffer yang telah ditambah sodium a-naphtyl fosfat. Enzim asam fosfatase menghidrolisis a-naphty fosfat; a-naphtol yang telah dibebaskan bereaksi dengan brentamine di atas kertas saring, disemprot dengan reagen, ditentukan dalam berapa detik warna ungu timbul (reaction time). Waktu reaksi kurang dari 30 detik dapat dianggap indikasi baik dan adanya cairan mani.
Dasar reaksi fosfatase asam:
Fosfatase asam menghidrolisis Na-alfa-naftil fosfat dibebaskan alfa-naftol Alfa-naftol + brentamin fast blue menghasilkan zat warna azo berwarna merah ungu.
Analisis Sperma dengan Larutan Malachite Green
Analisis sperma ini dilakukan dengan menggunakan pewarnaan, yaitu dengan lautan malachite green. Pada proses analisisnya sampel yang berupa cairan vagina diletakkan di atas kaca obyek. Cairan vagina digunakan sebagai sampel karena pada kasus kejahatan susila, seorang wanita yang telah mengalami perlakuan seksual tentu dalam larutan vaginanya mengadung cairan mani atau sperma. Dari sampel itu/yang telah diletakkan di atas kaca obyek dibiarkan mengering di udara, setelah itu difiksasi dengan api kecil, caranya dengan menjepit kaca obyek tersebut dengan jepit, misalnya penjepit tabung reaksi, dan meletakkannya di atas api. Tujuan fiksasi tersebur adalah agar cairan yang ada pada kaca obyek mengering dan pada saat dilihat dengan mikroskop hasilnya bagus. Karena hasil akhir dari analisis ini adalah penglihatan dengan mikroskop maka hasil akan maksimal jika penglihatan dengan mikroskop spermanya bagus atau sempurna.
Proses selanjutnya yaitu pemulasan dengan larutan malachite green. Malachite green merupakan pewarna. Dari pewarnaan inilah nantinya akan di diperoleh warna pengamatan sperma dengan mikroskop dengan warna sperma yang khas. Selain malachite green, juga digunakan eosin yellowish. Eosin yellowish sama seperti malachite green, yaitu sebagai pewarnaan. Setelah penambahan itu, kemudian ditunggu selama 1 menit untuk pencampuran pewarna-pewarna tersebut yang akhirnya menghasilkan warna, selanjutnya dikeringkan diudara dan dilihat di bawah mikroskop.
Dari proses tersebut, dengan penglihatan mikroskop diketahui sperma dengan ciri-ciri kepala sperma tampak berwarna merah, leher warna merah muda, dan ekornya berwarna hijau. Warna sperma tersebut adalah hasil dari pewarnaan campuran larutan malachite green dan eosin yellowish.
Gambar hasil mikroskop analisis sperma
dengan larutan malachite green
Dari hasil mikroskop, dengan model sperma tersebut, maka dapat diketahui bahwa pada sampel (cairan vagina) terdapat sperma, dan hal ini dapat dijadikan bukti bahwa pada diri korban telah terjadi kejahatan seksual.